SDK SLAMET RIYADI II

Yesus Sahabat Sejati Pembawa Damai Dan Kasih Dalam Hidup Bulan Kitab Suci Nasional 2025

“Yesus Sahabat Sejati Pembawa Damai dan Kasih dalam Hidup” Bulan Kitab Suci Nasional 2025

“Yesus Sahabat Sejati Pembawa Damai dan Kasih dalam Hidup” Bulan Kitab Suci Nasional 2025

Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) tahun 2025 mengangkat tema yang sangat relevan dan mendalam: “Allah Sumber Pembaharuan Relasi dalam Hidup.” Tema ini mengajak umat beriman untuk merenungkan kembali relasi-relasi yang membentuk kehidupan manusia dengan diri sendiri, sesama, keluarga, dan Allah, dalam terang kasih dan pembaruan yang bersumber dari Allah sendiri. SDK Ignatius Slamet Riyadi II, tema ini diperdalam secara khusus melalui gambaran Yesus sebagai Sahabat Sejati, Pembawa Damai dan Kasih dalam Hidup. Refleksi ini berupaya mengintegrasikan kedua tema tersebut dalam satu narasi spiritual dan pedagogis yang utuh. Dalam Kitab Zakharia dan Maleakhi menjadi landasan biblis utama dalam BKSN 2025. Zakharia menyerukan pertobatan dan pembaruan relasi umat dengan Allah: “Kembalilah kepada-Ku, maka Aku pun akan kembali kepadamu” (Za. 1:3). Seruan ini lahir dari konteks pasca-pembuangan, ketika umat Israel berjuang membangun kembali identitas dan relasi mereka yang rusak. Maleakhi, di sisi lain, menyoroti pentingnya kesetiaan dalam relasi keluarga dan ibadah, serta mengingatkan bahwa Allah tidak berkenan pada relasi yang penuh kepalsuan dan ketidakadilan (Mal. 2:10-16; 3:13-18). Dalam terang tema khusus SDK Ignatius Slamet Riyadi II, Yesus tampil sebagai wajah konkret dari pembaruan relasi itu. Ia bukan hanya Sang Mesias, tetapi juga Sahabat Sejati yang hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Yohanes 15:15, Yesus berkata, “Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

Lomba Cerdas Cermat

Persahabatan yang ditawarkan Yesus bukanlah relasi yang dangkal, melainkan relasi yang penuh pengenalan, pengorbanan, dan kasih tanpa syarat. Ia membawa damai bukan sebagai konsep abstrak, tetapi sebagai pengalaman nyata yang menyentuh hati manusia damai yang melampaui kecemasan, konflik, dan luka batin. Dalam konteks pendidikan dasar Katolik, seperti di SDK Ignatius Slamet Riyadi II, refleksi ini menjadi sangat penting. Anak-anak diajak untuk mengenal Yesus bukan hanya sebagai tokoh sejarah atau figur religius, tetapi sebagai Sahabat yang hadir dalam dinamika hidup mereka: dalam persahabatan di sekolah, dalam konflik kecil yang mereka alami, dalam doa-doa sederhana yang mereka panjatkan. Melalui pendekatan pedagogis yang kreatif dan kontekstual, guru-guru dapat membimbing anak-anak untuk mengalami kasih dan damai Yesus secara nyata dalam permainan, dalam pelajaran, dalam kegiatan rohani, dan dalam relasi dengan orang tua serta teman sebaya. Allah sebagai sumber pembaruan relasi mengundang kita untuk tidak tinggal dalam pola relasi yang rusak. Ia menghendaki transformasi yang menyeluruh, bukan sekadar perbaikan kosmetik yang bertahan sebentar dan akan memudar. Pembaruan relasi dengan diri sendiri berarti menerima diri sebagai ciptaan yang dikasihi Allah, dengan segala keunikan dan keterbatasan. Pembaruan relasi dengan sesama berarti membangun komunikasi yang jujur, empatik, dan penuh pengampunan. Pembaruan relasi dalam keluarga berarti menghadirkan kasih yang tidak bersyarat, yang melampaui peran dan tanggung jawab. Dan pembaruan relasi dengan Allah berarti hidup dalam keintiman yang terus diperbarui melalui doa, sakramen, dan tindakan kasih. Refleksi ini juga sejalan dengan semangat Tahun Yubileum 2025 yang diangkat oleh Paus Fransiskus dalam bulla Spes non Confundit (“Pengharapan tidak Mengecewakan”). Dalam dokumen tersebut, Paus mengajak umat untuk membuka diri pada rahmat pembaruan dan pengharapan yang tidak mengecewakan, karena bersumber dari Allah yang setia. Maka, BKSN 2025 bukan sekadar momen liturgis, tetapi sebuah undangan untuk mengalami transformasi relasi secara nyata dan berkelanjutan. Akhirnya, Yesus sebagai Sahabat Sejati menjadi ikon pembaruan relasi yang paling sempurna. Ia tidak hanya mengajarkan kasih dan damai, tetapi menghidupinya dalam setiap langkah hidup-Nya. Ia hadir dalam luka dan harapan kita, dalam tawa dan tangis anak-anak, dalam keheningan doa dan riuhnya kehidupan. Dalam Dia, kita menemukan sumber kasih yang tak pernah habis dan damai yang melampaui segala pengertian. Kiranya refleksi ini menjadi jalan bagi kita semua pendidik, siswa, orang tua, dan komunitas iman untuk mengalami Allah sebagai sumber pembaruan relasi, dan Yesus sebagai Sahabat Sejati yang membawa damai dan kasih dalam hidup kita sehari-hari.

Salam dan doa yang hangat di bawa atap SDK Ignatius Slamet Riyadi II

Tuliskan Komentar Anda